Translate

BELAJAR BERMAIN UNTUK ANAK USIA DINI

Setiap anak selalu ingin bermain. Hampir sepanjang waktunya ia gunakan untuk bermain. Ia akan memilih sendiri permainannya. Kadangkala ia berlama-lama dalam satu permainan, pada saat yang lain sangat sebentar. Dalam bermain anak bereksplorasi. Situasi itu sering dilakukan tanpa disadari bahwa ia telah melatih dirinya dalam beberapa kemampuan tertentu sehingga ia memiliki kemampuan-kemampuan baru. 




Setiap anak selalu ingin bermain. Hampir sepanjang waktunya ia gunakan untuk bermain. Ia akan memilih sendiri permainannya. Kadangkala ia berlama-lama dalam satu permainan, pada saat yang lain sangat sebentar. Dalam bermain anak bereksplorasi. Situasi itu sering dilakukan tanpa disadari bahwa ia telah melatih dirinya dalam beberapa kemampuan tertentu sehingga ia memiliki kemampuan-kemampuan baru.
Bermain merupakan peluang bagi anak untuk melakukan berbagai hal, Situasi itulah yang membuat anak belajar. Dengan demikian bermain merupakan cara anak belajar. Belajar tentang apa saja. Belajar tentang objek, kejadian, situasi, dan konsep (misalnya halus, kasar, dll). Mereka juga berlatih kordinasi berbagai otot gerak misalnya otot jari. Berlatih mencari sebab akibat dan memecahkan masalah. Selain itu, melalui bermain anak berlatih mengekspresikan perasaan, dan berusaha mendapatkan sesuatu
Beberapa ahli psikologi memberi pandangan mereka tentang bermain. Karl Groos mengemukakan bahwa bermain merupakan proses penyiapan diri untuk menyandang peran sebagai orang dewasa.
Lazarus menyatakan bahwa bermain akan membangun kembali energi yang hilang sehingga diri mereka segar kembali.
Schiller dan Spencer menyatakan bahwa bermain merupakan wahana untuk menggunakan energi yang berlebih sehingga anak terlepas dari tekanan.
Berdasarkan batasan dan pandangan bermain yang telah dikemukakan di atas, dapat dinyatakan bahwa bermain memiliki karakteristik sebagai berikut: bermain sebagai simbolis, memiliki penuh makna, bermain sebagai aktivitas, bermain sebagai sesuatu yang menyenangkan, bermain dilakukan atas kemauan sendiri (sukarela), bermain sebagai rule-governed, bermain sebagai aktivitas satu episode. Dengan mengetahui ketujuh karakteristik tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak semua aktivitas adalah permainan, dan tidak semua pengalaman yang penuh arti melibatkan permainan. Bagaimanapun, masing-masing dari unsur-unsur itu menentukan karakter permainan
Bermain dapat terjadi dimana saja. Tempat dan konteks bermain dapat memunculkan bentuk, aktivitas dan isi permainan. Ada yang berbeda ketiganya namun ada juga yang sama tetapi nama yang digunakan dalam permainan tersebut berbeda.
Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkah. Hampir tidak ada permainan yang membuat anak tidak senang. Bermain dilakukan dengan dan atau tanpa alat permainan. Anak dapat menggunakan segala sesuatu yang ada di dekatnya untuk bermain atau hanya dengan dirinya sendiri, misalnya dengan jari-jari tangannya.

Bentuk-Bentuk Permainan Yang Membantu Perkembangan Anak
Perkembangan diidentifikasi dengan berbagai cara oleh para tokoh perkembangan dan pendidikan anak. Piaget mengidentifikasi bahwa perkembangan intelektual/kognitif anak dalam beberapa tahap, yaitu usia lahir – 2 tahun disebut tahap sensorimotor, usia 2 tahun – 7 tahun adalah masa praoperasional, usia 7 tahun – 11 tahun disebut konkrit operasional, usia 11 tahun – 14 tahun adalah masa formal operasional. Tahap perkembangan bermain juga akan sejalan dengan tahap perkembangan kognisi yang telah dikemukakan.usia lahir – 2 tahun disebut tahap sensorimotor,pada tingkat perkembangan ini inteligensi anak berkembang melalui gerak fisik lingkungannya. Anak mulai menggerakkan anggota tubuhnya terutama tangan dan kaki. Perhatiannya terfokus pada objek . Pada saat itu umumnya orangtua memberikan kepada anak mainan yang berwarna-warni, bergerak dan berbunyi. Pada mulanya mainan tersebut di gantung di tempat anak ditempatkan (biasanya di atas box anak). Berikutnya, pada usia sekitar 3 – 4 bulan mainan sudah dapat diberikan kepada anak untuk dipegang. Orangtua sering memberikan mainan yang berbunyi seperti kerincingan plastik. Anak biasanya memegang dan memasukkan mainan tersebut ke mulut. Mainan itu berbunyi dan kalau digigit akan terasa keras. Itu semua dirasakan anak sehingga membentuk satu persepsi tertentu. Seiring dengan perkembangan usianya, anak mulai melakukan gerakan yang makin banyak. Anak mulai memukul-mukulkan apa yang dipegang (mainan) ke lantai, ke mana saja, dilempar, ditarik-tarik bahkan digigit-gigit. Proses tersebut secara perlahan mengarahkan anak memiliki pengetahuan mengenai ketetapan objek, pemahaman primitif mengenai sebab akibat dan pengetahuan kasar tentang waktu. Itu semua oleh Piaget disebut sebagai sensory motor play. usia 2 tahun – 7 tahun adalah masa pra-operasional pada masa ini anak semakin banyak belajar dari sekitarnya untuk merubah bahasa ddan gambaran mental untuk melakukan pencarian fisik langsung pada masa kecil. Dengan bermain dan percaya, mereka meniru cara-cara yang dilakukan orang dewasa dalam kehidupannya. Mereka mulai menciptakan gambaran dunia di luar indera mereka. Gambaran kadang kala tidak tepat menurut pandangan orang dewasa.
Pada saat ini, anak mulai banyak bertanya. Segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dipegang selalu ditanyakan. Pertanyaan berkenaan dengan apa saja. Pertanyaan biasanya dimulai dari hal yang berhubungan langsung dengan objek yang dilihat/didekat sampai yang tidak berkaitan dengan objek semual ditanyakan. Pertanyaan yang diajukan seperti tidak ada habisnya.
Permasalahan yang sering dihadapi orangtua adalah tidak siapnya orangtua dengan semua pertanyaan anak. Ketidaksiapan orangtua dapat berbentuk kurangnya perbendaharaan kata sebagai jawaban, kurangnya waktu orangtua untuk memberikan jawaban, kurangnya kesabaran orangtua untuk melayani pertanyaan anak dan yang lainnya. Reaksi-reaksi seperti itu akan berakibat tidak baik bagi perkembangan anak. Piaget menamakan situasi bermain seperti yang dikemukakan tersebut sebagai permainan symbolic matre dan belief play.
Anak yang berada pada tahap perkembangan ini mulai berpikir mengenai objek-objek dan tindakan-tindakan tanpa merasakannya atau melakukannya. Mereka mengenal angka dan hubungan-hubungan. Mereka mulai dapat memproyeksikan segala sesuatu ke masa lalu atau masa depan dan membuat gambaran segala sesuatu dengan kombinasi-kombinasi baru. Mereka juga dapat berkomunikasi seiring dengan perkembangan bahasa yang semakin meningkat. Pemikiran-pemikiran mereka masih tetap terikat pada pengalaman-pengalaman konkrit aktualnya.usia 7 tahun – 11 tahun disebut konkrit operasional saat memasuki perkembangan tahap operasi formal anak juga memasuki masa remaja. Anak mulai memikirkan ide-ide abstrak. Mereka mulai mampu membuat hipotesis,membangun model (teladan) model, menemukan hukum-hukum umum yang mendasari fenomena tertentu. Fungsi intelektual; pengetahuan dan kebiijakan, meskipun belum diperlukan. Mereka sudah mulai dewasa.
Bermain pada tahap ini dimaksudkan untuk mengasah anak untuk mengemukakan ide misalnya ide untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi suatu permainan. Misalnya bermain bola bagaimana anak mengatur strategi untuk mengalahkan lawan.usia 11 tahun – 14 tahun adalah masa formal operasional, pada usia ini anak suka sekali berkelompok (peer group). Situasi ini juga mempengaruhi permainan yang dilakukannya. Permainan-permainan yang sering dilakukan anak pada tahap perkembangan ini adalah main berkelompok (group). Anak mulai menginginkan permainan yang lebih menantang. Misalnya, anak mulai ingin pergi ke suatu tempat seperti ke sungai (kalau di desa), ke kolam (di kota), mngunjungi mall bagi anak di kota atau yang lainnya. Anak mulai membentuk tim dengan seorang anak menjadi pemimpin walaupun tidak dilakukan secara formal. Secara alamiah akan muncul seorang anak menjadi pemimpin bagi kawan-kawannya.
Montessori yang lebih mengutamakan perkembangan alat indera dalam perkembangan dan belajar memusatkan alat permainan untuk merangsang perkembangan sensitivitas indera. Untuk ia mencipta alat-alat permainan seperti balok, anak timbangan untuk indera penglihatan. Untuk merangsang perkembangan indera pendengaran Montessori menyarankan untuk menggunakan benda-benda yang dapat mengeluarkan bunyi, seperti kaleng, gendang dan yang lainnya. Ketajaman indera peraba dapat dirangsang melalui alat permainan papan yang memiliki permukaan halus sampai ke kasar. Anak diminta untuk meraba permukaan papan dan dibiarkan untuk merasakan. Selain itu juga digunakan benda yang beratnya berbeda. Anak diminta untuk mengangkat benda dan merasakan mana yang lebih ringan atau berat. Indera pengecap dapat dikembangkan melalui berbagai makanan yang dikecap anak untuk membedakan rasanya.
Vygotsky menunjukkan anak usia 4-5 tahun akan bermain kuda-kudaan. Ada saja benda yang akan digunakan sebagai benda. Misalnya sapu ijuk, batang daun pisang atau yang lain. Atau kursi dibalikkan menjadi mobil atau kalau disusun panjang menjadi kereta api. Pada saat itu anak mulai memisahkan makna kuda, mobil, kereta api dari objeknya. Sapu, batang pisang dan kursi sebagai pemisah antara makna dengan objeknya. Sementara Sutton Smith menyatakan bahwa bila anak bermain menggunakan balok sebagai ’kue’ memudahkan anak mengembangkan imajinasinya dengan mentransformasi simbolik kognitif sehingga meningkatkan fleksibilitas mental mereka. Sedang Bruner menekankan narrative modes of thinking sebagai upaya merekontruksi pengalaman danimajinasi.
Masih banyak bentuk permainan yang dapat digunakan anak dalam rangka perkembangan dirinya. Permainan dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai aspek kemampuan pada setiap individu seperti yang dikemukakan berikut ini.
Permainan Yang Mengembangkan aspek fisik
Aspek fisik dapat berkembang melalui permainan yang menggunakan fisik. Berlari, memanjat, melompat, meluncur, bergantung, berlari dan yang lainnya dapat merangsang perkembangan fisik. Seperti dalam permainan bola, anak berlari mengejar bola, menendang, menangkap (kiper), mendorong dan lainnya. Semua aktivitas yang berkaitan dengan fisik yang kalau dilakukan akan melatih perkembangan dan kekuatannya.
permainan yang mengembangkan aspek motorik kasar dan halus
saat anak bisa berjalan ia mulai mengangkat-angkat apa saja yang bisa ia angkat dan dipindah-pindahkan. Kalau ibunya ada di dapur anak paling suka memindah-mindahkan isi rak (tempat) alat-alat masak atau apa saja yang bisa dijangkaunya. Pada saat itu anak sudah melatih perkembangan motorik kasarnya. Pada saat umur satu tahun anak mulai suka mencoret-coret. Bila melihat alat tulis ia akan mencoret apa saja termasuk kain sofa dan dinding rumah. Secara tak sengaja anak telah melatih otot motorik halus. Perkembangan ini sangat dibutuhkan untuk keterampilan menulis.
Permainan yang mengembangkan aspek sosial
Usia tiga tahun anak mulai memperluas lingkungannya. Ia mulai belajar berpisah dengan ibunya atau pengasuhnya. Ia mulai mendekati teman sebayanya. Ia akan mulai bermain bersama dengan sebayanya. Ia mulai berbagai. Misalnya, mainan dimainkan bersama, bila mempunyai makanan temannya akan dibagi juga. Pada saat itu ia berlatih mengembangkan aspek sosialnya.
Permainan yang mengembangkan aspek emosi dan kepribadian
Permainan boneka dapat mengembangkan aspek emosi dan kepribadiannya. Bermain melatih anak meekspresikan apa yang dirasakan melalui dialog dengan bonekanya. Sedih, marah, sakit atau yang lainnya akan didialogkannya dengan bonekanya. Selain itu dialog tersebut dapat melatih anak untuk percaya diri.

Permainan yang mengembangkan aspek kognisi
Aspek kognisi meliputi hal-hal seperti mengenal lambang bilangan, mengenal warna, memasangkan lambang dan konsep bilangan, membedakan ukuran panjang, pendek, berat, tinggi, dan lainnya. Berpikir mengenai aspek-aspek tesebut,seringkali memunculkan berbagai kegiatan yang menjadi serius sehingga aktivitas bermain menjadi hilang.
Sebenarnya aspek-aspek kognitif pada anak justru lebih cepat dan terarah perkembangannya jika melalui bermain. Anak bermain balok akan dapat memunculkan aktivitas menyusun balok menjadi panjang dan pendek, tinggi dan rendah, banyak dan sedikit dan lainnya. Kalau ini dilalui anak akan memiliki konsep ukuran seperti yang telah ia lakukan itu. Kalau anak bermain di sekitar rumah, anak menentukan lokasi kiri, kanan, depan belakang, di dalam di luar, jauh dekat. Aktivitas ini mendorong anak memiliki kemampuan tempat dan jarak.
Bermain bersama-sama dengan sebayanya membuat anak harus berkomunikasi mengenai objek permainan, tempat, waktu dan lainnya. Komunikasi yang terjadi merangsang anak untuk mempercepat perkembangan bahasa. Demikian seterusnya, dari banyak sekali yang dapat dilakukan anak yang sekaligus mempercepat anak memiliki kemampuan yang berkaitan dengan berpikirnya.
Permainan yang mengembangkan aspek keindraan
Perkembangan indera dimaksudkan untuk mempertajam daya fungsi indera. Montessori menekankan perkembangan indera menjadi hal yang sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Bermain petak umpet yang banyak dilakukan anak di Indonesia mendorong anak untuk dapat menentukan arah dan berasal dari siapa suara itu, melihat sekitar dengan cepat untuk menentukan posisi lawan, memperkirakan di mana bersumbunyi temannya dan lainnya.dari satu permainan tersebut telah menstimulasi beberapa jenis indera. Permainan yang lain misalnya, memukul-mukul benda akan mengeluarkan bunyi yang berbagai macam anak akan asyik mendengarkan dan akhirnya akan melatih ketajaman indera pendengarannya.
Permainan yang mengembangkan aspek keterampilan menari dan olahraga
Anak suka sekali berlari, melompat, memanjat, merosot, melempar, menangkap, menangkis, menyepak dan lainnya. Semua aktivitas tersebut membuat tubuh anak menjadi lentur. Selain itu, gerakan tersebut merupakan gerak dasar dalam berolahraga dan menari. Kalau anak melakukan aktivitas sejenis itu pelaung untuk berolahraga dan menari menjadi lebih besar.
Mengenal bentuk bermain dan aspek yang dikembangkan dapat dilakukan dengan cara berikut. Piaget mengenal bentuk bermain seperti 1) sensory motor play umumnya pada anak 3 – 6 bulan tujuan untuk mempersiapkan gerakan dalam bermain, 2) symbolic/matre dilakukan anak 2 – 7 tahun dan belief play kegiatan bermain yang memunculkan banyak aktivitas bertanya, 3) Social play with games rules pada anak 8 – 11 tahun merupakan bentuk permainan yang kegitannya dikendalikan oleh aturan permainan. Permainan melatih kesabaran (menunggu giliran), disiplin dan kejujuran (menepati aturan) dan lainnya, 4) games with rules and sports biasa dilakukan anak usia 11 tahun ke atas merupakan permainan selain untuk kesenangan juga di dalamnya terdapat akrivitas lomba.
Hurlock mengidentifikasi bermain dalam tahapan dan bentuk 1) tahap penjajakan umumnya terjadi pada anak usia 2 – 3 tahun untuk melatih anak melepaskan diri dari orang terdekatnya (ibu/pengasuhnya) dan mengenal lingkungannya lebih luas, 2) tahap mainan (toy stage) banyak dilakukan anak usia 5 – 6 tahun yang menekankan aspek perkembangan imajinasi seperti bermain boneka, mobil-mobilan dan lainnya, 3) tahap bermain (play stage) jenis permainan yang banyak dilakukan anak usia SD dengan berbagai jenis permainan, seperti main gambar, guli, perang-perangan dan lainnya. Aspek diri yang dikembangkan semakin banyak kompleks seperti bahasa, berpikir, keterampilan, sosial dan lainnya, 4) tahap melamun (daydream stages) permainan yang banyak anak yang telah memasuki masa pubertas.
Sebenarnya masih banyak tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang bentuk bermain dan aspek perkembangan diri anak. Inti dari semuanya adalah bahwa bermain mendorong anak melakukan berbagai aktivitas baik fisik, motorik kasar dan halus, berpikir, bahasa, sosial, maupun seni. Aktivitas tersebut langsung menstimulasi potensi yang dimiliki anak dan menjadi kemampuan yang dimiliki anak.

Faktor Yang Perlu Diperhatikan dalam Bermain
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sewaktu anak bermain. Alat permainan dan tempat bermain merupakan faktor yang harus dicermati dalam permainan anak. Orangtua atau orang dewasa dapat memperhatikan hal tersebut.Alat permainan, Bermain sangat dekat dengan alat permainan. Hampir semua permainan memerlukan alat permainan. Menurut Montessori, Piaget dan Frobel apa saja yang ada di sekitar anak dapat digunakan sebagai alat permainan. Montessori membebaskan penggunaan namun Frobel dan Piaget lebih menekan penggunaan alat permainan sesuai dengan fungsinya.
Orangtua dapat memperhatikan alat-alat permainan yang digunakan anak dar sisi keselamatan, kesehatan dan kebermanfaatan. Ada alat yang dapat membuat anak terluka, misalnya benda tersebut tajam seperti pisau. Orangtua bukan berarti harus melarang anak bermain pisau tetapi orangtua memberikan pisau yang ketajamannya tidak akan melukai anak. Ukuran alat permainan juga menentukan keselamatan anak seperti terlalu berat atau besar untuk anak dapat menyebabkan anak terjatuh. Pada anak yang usianya lebih kecil ( 1 – 2 tahun) sering kali memasukkan alat permainan, seperti boneka, bola atau yang lainnya ke mulut atau digigit-gigit. Kalau alat permainan tersebut kotor tentunya berkuman dan hal itu akan menyebabkan anak terserang penyakit dan lainnya.
Ancaman seperti yang dikemukakan menuntut orangtua atau orang dewasa di dekat anak harus penuh perhatian dalam menyediakan permainan anak. Orangtua/orang dewasa dapat memberikan permainan yang bersih, kenyal, kayu yang ringan dan sesuai ukurannya dengan tangan anak. Dengan permainan anak aman dari ancaman yang mengganggu keselamatan dan kesehatannya.Tempat bermain, Bermain dapat dilakukan di mana saja. Oleh karena itu, orangtua atau orang dewasa harus mencermati tempat bermain yang digunakan anak. Perlu diperhatikan apakah tempat bermain aman dari terbanting, terpeleset, terjatuh yang amat sangat sehingga anak cedera dan atau membahayakan diri anak. Selain itu, perlu diperhatikan gangguan dari sekitarnya, seperti terganggu oleh lalu lintas.
Menurut Bergen dalam Soemiarti (2000) bermain terdiri dari beberapa jenis, yaitu bermain bebas, bermain dengan bimbingan, dan bermain dengan diarahkan. Ada juga yang melihat bermain dari jumlah anak yang terlibat. Ada yang bermain sendiri, berdua atau beramai-ramai. Bentuk-bentuk bermain tersebut dapat diterapkan dalam pendidikan anak termasuk kegiatan pendidikan di AUD sebagai kegiatan belajar.
Bermain sebagai pendekatan pembelajaran, harus memperhatikan semua aspek dalam bermain. Permainan yang akan dilakukan harus direncanakan agar dapat membawa anak ke dalam situasi yang merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan kata lain bermain membantu anak membentuk kemampuan yang lebih terarah dan mendasar.


Kemampuan Anak
Pada saat lahir, menurut Samples (2002) otak bayi belum sempurna, tetapi sudah mengandung jaringan syaraf sekitar 100 miliar sel syaraf aktif yang siap melakukan sambungan antar sel. Perkembangannya menjadi sempurna melalui pengalaman dari hari ke hari. Sambungan itu harus diperkuat melalui berbagai rangsangan yang membentuk pengalaman belajar. Di samping itu Howard Gardner (2002) mengemukakan bahwa AUD merupakan masa peningkatan perkembangan kecerdasan dari 50% menjadi 80%. Ini berarti peran lingkungan termasuk lingkungan AUD dalam memberi pengalaman sangat diperlukan anak.
Masa anak juga merupakan waktu anak berada dalam masa peka. Anak sensitif untuk menerima berbagai rangsangan sebagai upaya pengembangan seluruh potensi anak. Kondisi tersebut sebagai acuan guru dalam merancang pembelajarannya.
Masa anak merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, disiplin, seni, serta moral dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu, dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.Guru dapat mengambil bagian dalam memberikan pengalaman-pengalaman yang merangsang pertumbuhan dan perkembangan semua potensi anak. Pengalaman-pengalaman tersebut digambarkan dan dimasukkan dalam rancangan pembelajaran. Semua itu menurut Bobbi (2000) dapat memacu perkembangan anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam rentang perkembangan hidup seseorang. Perlu upaya agar peningkatan 25% perkembangan otak atau 30% perkembangan kecerdasan yang diharapkan tercapai.Perkembangan Fisik terdiri dari dua macam, yaitu :Perkembangan Motorik Kasar, Perkembangan dalam motorik kasar, adalah kemampuan untuk menggunakan otot – otot tubuh, misalnya merayap, merangkak, berjalan, berlari, dan melompat.

Perkembangan Motorik Halus, adalah kemampuan untuk menggunakan tangan dan jari untuk melakukan aktivitas, seperti mengambil benda kecil, memegang sendok, membalikan halaman buku dan memegang pensil atau krayon. Perkembangan kognitif adalah kemampuan dan keterampilan berpikir, memecahkan masalah, membangun pemahaman dan pengetahuan.Perkembangan Sosial – Emosional adalah kemampuan untuk bersosialisasi, kemandirian dan mengendalikan diri. Perkembangan Bahasa adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa melalui mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar